BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanaman pare (Momordica
charabtia) merupakan tanaman sayuran buah yang memiliki khasiat yang cukup
banyak bagi kesehatan manusia.Dalam kesehariannya, tanaman ini dapat dijadikan
sebagai pangan pokok untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Selain itu,
tanaman ini juga dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti demam,
disentri, obat cacing, obat batuk, antimalaria, seriawan, penyembuh luka, dan
penambah nafsu makan, bahkan tanaman pare juga berkhasiat untuk menurunkan gula
darah.
Tanaman pare mudah dibudidayakan
serta tumbuhnya tidak tergantung musim. Sehingga tanaman pare dapat ditemukan
tumbuh liar di tanah yang terlantar, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan
di pagar, untuk diambil buahnya. ditanam di lahan pekarangan, atau tegalan,
atau di sawah bekas padi sebagai penyelang pada musim kemarau. Melihat khasiat
dan kegunaan yang cukup banyak dari tanaman pare serta budidayanya yang
tergolong mudah maka budidaya tanaman pare perlu dilakukan. Tanaman pare sudah
banyak dibudidayakan di berbagai daerah di Indonesia. Umumnya, pembudidayaan
dilakukan sebagai usaha sampingan. Namun belakangan budidaya tanaman pare juga
sudah menjadi mata pencaharian yang baru bagi para petani mengingat pangsa
pasar pare yang masi tergolong sedikit sehingga peluang untuk menambah
penghasilan dari budidaya tanaman ini cukup tinggi.
1.2
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana teknik budidaya tanaman sayur
pare yang baik dan benar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
Pare
Tanaman pare (Momordica
charabtia) berasal dari kawasan Asia Tropis. Pare tergolong tanaman semak
semusim, yang hidupnya menjalar atau merambat, dengan sulur berbentuk spiral.
Daunnya tunggal, berbulu, berbentuk lekuk tangan, dan bertangkai sepanjang 10
cm. Bunganya berwarna kuning-muda. Batangnya bermawna hijau, massif,
mempunyai rusuk lima, berbulu agak kasar ketika masih muda, namun setelah tua
gundul,. Buahnya buni, bulat telur memanjang, warna hijau, kuning sampai
jingga, dan rasanya pahit. Biji keras, warna cokelat kekuningan.
Berikut klasifikasi tanaman pare:
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Violales
Famili: Cucurbitaceae
Genus: Momordica
Spesies: M. charantia
2.2 Jenis Pare
1. Pare
Gajih
Pare ini paling banyak
dibudidayakan dan paling disukai. Pare ini biasa disebut pare putih atau pare
mentega. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran 30-50 cm, diameter buah 3 – 7 cm,
berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah.
2. Pare
Hijau
Pare hijau berbentuk lonjong,
kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Pare ini banyak
sekali macamnya, diantaranya pare ayam, pare kodok, pare alas atau pare ginggae.
Dari berbagai jenis tersebut paling banyak ditanam adalah pare ayam. Buah pare
ayam mempunyai panjang 15 – 20 cm. Sedangkan pare ginggae buahnya kecil hanya
sekitar 5 cm. Rasanya pahit dan daging buahnya tipis. Pare hijau ini mudah
sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman pare hijau ini
dapat tumbuh dengan baik.
3. Pare
Import
Jenis pare ini berasal dari
Taiwan. Benih Pare ini merupakan hybrida yang final stock sehingga jika ditanam
tidak dapat menghasilkan bibit baru. Jika dipaksakan juga akan menghasilkan
produksi yang jelek dan menyimpang dari asalnya. Di Indonesia terdapat tiga
varietas yang telah beredar yaitu Known-you green, Known-you no. 2, dan
Moonshine. Perbedaan ketiga jenis pare import ini adalah mengenai permukaan kulit,
kecepatan tumbuh, kekuatan penampilan, bentuk buah dan ukuran buah.
4. Pare
Belut
Jenis Pare ini memang kurang
populer. Bentuknya memanjang seperti belut panjangnya antara 30 -110 cm dan
berdiameter 4-8 cm. Pare belut ini tidak termasuk Momordica sp, melainkan tergolong jenis Trichosanthus anguina L. Meskipun demikian orang lebih terbiasa
memasukkan pare belut ini masuk kedalam jenis pare.
2.3 Kandungan Pada
Tanaman Pare
zat gizi
|
Buah Pare
|
Daun Pare
|
Air
|
91,2 g
|
80,0 g
|
Kalori
|
29,0 g
|
44,0 g
|
Protein
|
1,1 g
|
5,6 g
|
Lemak
|
1,1 g
|
0,4 g
|
Karbohidrat
|
0,5 g
|
120,0 g
|
Kalsium
|
45,0 mg
|
264,0 mg
|
Zat Besi
|
1,4 mg
|
5,0 g
|
Fosfor
|
64,0 mg
|
666,0 mg
|
Vitamin A
|
18,0 SI
|
5,1 mg
|
Vitamin B
|
0,08 mg
|
0,05 mg
|
Vitamin C
|
52,0 mg
|
170,0 mg
|
Folasin
|
-
|
88,0 mg
|
Tabel
nilai kandungan gizi tanaman pare
Buahnya mengandung albiminoid,
karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung momordisina, momordina,
karantina, resin, dan minyak lemak, sementara akarnya mengandung asam momordial
dan asam oleanolat. Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan
asam momordial.
2.4 Manfaat
Manfaat buah pare bagi kesehatan
manusia adalah :
Ö
Merangsang nafsu makan
Ö
Menyembuhkan penyakit kuning
Ö
Memperlancar pencernaan
Ö
Obat malaria
Selain buah pare, ternyata daun
pare juga memiliki manfaat yang tidak kalah dengan buahnya. Manfaat tersebut
antara lain:
Ö
Menyembuhkan mencret pada bayi
Ö
Membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan
Ö
Menurunkan panas
Ö
Dapat mengeluarkan cacing kremi
Ö
Menyembuhkan batuk
BAB
III ISI
BUDIDAYA
TANAMAN PARE/PARIA
3.1.
Syarat Tumbuh
Pare mempunyai daya
adaptasi tumbuh yang cukup tinggi. Dapat menyesuaikan diri terhadap iklim yang
berlainan baik suhu dan curah hujan yang tinggi. Dapat hijau sepanjang tahun
dan tidak tergantung musim. Membutuhkan drainase tanah yang cukup baik. Memerlukan
tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organic Memerlukan PH antara 5 – 6 . Ketinggian antara
1 meter hingga 1500 meter dpl.
3.2
Pengolahan Tanah
Tanah yang akan
ditanami pare diolah terlebih dahulu dengan membersihkan dari tanaman lain
seperti rumput dan mencangkul tanah agar gembur, minimal 10 hari sebelum
tanaman pare ditanam. Buat guludan dengan ukuran lebar 150 cm sampai dengan 250
cm, sedangkan panjangnya dapat mencapai 10 meter atau disesuaikan dengan
kondisi lahan yang ada. Antara guludan satu dengan guludan yang lainnya dibuat
parit dengan lebar 75 cm dan kedalaman 30 cm. Arah pembuatan guludan sebaiknya
membujur dari utara ke selatan dengan maksud agar tanaman mendapat sinar
matahari langsung dan penuh untuk proses fotosintesa. Buat lubang tanam dengan
panjang 25 cm, lebar 25 cm dan dalam 25 cm (25x25x25) atau bisa juga dengan
ukuran 50 x 50 x 50. Jarak antar lubang tanam 75 cm x 75 cm atau 100 cm x 100
cm.
3.3
Benih/ bibit
Ada dua jenis benih
yang dapat dipakai untuk penanaman pare. Jenis pertama adalah benih/ biji yang
langsung ditanam dilapang dan yang kedua adalah benih yang telah melalui proses
persemaian. Pemakaian kedua jenis ini tergantung pada musim dimana penanaman
akan dilakukan. Kalau penanaman dilakukan pada musim penghujan lebih baik
penanaman dilakukan dengan menggunakan benih/ biji langsung, karena daya tumbuh
benih dilapang pada kondisi tersebut dapat baik. Sedangkan apabila penanaman dilakukan
pada musim kemarau sebaiknya penanaman dilakukan dengan menggunakan benih yang
telah disemai terlebih dahulu, karena akan terjamin daya tumbuh benih yang akan
ditanam dilapang.
Benih sebaiknya
ditanam berasal dari tanaman yang sehat, kuat dan mempunyai tingkat
produktifitas yang tinggi. Untuk itu disarankan memakai benih yang telah
berlabel yang telah direkomendasikan oleh Balai Pengendalian Mutu dan Sertifikasi
Benih. Jumlah kebutuhan benih dilapang sebaiknya ditambah 10% dari kebutuhan
normal. Misalnya kebutuhan benih untuk 1 Ha dengan jarak tanam 1 x 1 meter
lebar guludan 150 cm, panjang guludan 10 meter, maka kebutuhan benih yang
direkomendasikan sebanyak 9735 biji. Jadi jumlah benih yang harus disediakan
sebanyak 9735 + (10% x 9735) = 10.708 biji atau 2,141 Kg.
3.4
Penanaman
Penanaman dapat
dilakukan melalui dua cara. Cara pertama benih/ biji langsung ditanam dan cara
kedua benih disemaikan terlebih dahulu ditempat terpisah sampai benih tersebut
tumbuh beberapa helai daun, baru di pindah dilapang.
3.4.1 Cara langsung
Setelah lubang tanam
dibuat dengan ukuran 25 x 25 x 25 cm dan telah diberikan pupuk kandang yang
telah matang, masukkan benih/ biji pare kedalam lubang tanam tadi sedalam
kurang lebih 3-4 cm, lalu tutup kembali dengan tanah. Pada waktu bersamaan
dimasukkannya benih/ biji pare kedalam tanah, masukan pula furadan kira-kira
sejumput (temukan antara ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah) untuk mengambil
furadan tersebut. Pemberian furadan tersebut dimaksudkan untuk melindungi
benih/ biji dari serangan nematoda dan cacing tanah serta hewan lainnya.
Penanaman telah
disesuaikan dengan jarak tanam yang telah dibuat tadi pada saat pengolahan tanah
yaitu 75 cm x 75 cm atau 1 m x 1 m dalam guludan. Untuk menjamin benih/ biji
tumbuh dengan baik, lakukan penyiraman disekitar tanaman. Penyiraman
selanjutnya sangat tergantung pada kondisi cuaca. Apabila banyak terjadi curah
hujan maka tanaman sebaiknya tidak perlu disiram. Apabila dalam keadaan kurang
hujan atau bahkan sama sekali kering, tanaman harus disiram dua kali sehari,
yaitu pada pagi dan sore hari.
3.4.2 Cara Tidak
Langsung
Cara penanaman tidak
langsung ini, benih/ biji disemai terlebih dahulu. Ada 2 cara persemaian, yaitu
memakai kotak persemaian dan menggunakan tanah persemaian terpisah.
·
Persemaian
dikotak
-
Buat kotak persemaian yang terbuat dari papan dengan ukuran panjang 5 meter,
lebar 2 meter dan tinggi 15 cm.
- Masukkan tanah dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Aduk hingga rata.
- Tanam benih/ biji
pare dengan ukuran 2 x 2 cm.
- Sebelum ditanam biji
direndam dengan menggunakan atonik 2 cc/ liter selama 10-15 menit.
-
Angkat benih pare yang telah tumbuh kira-kira yang telah berumur kurang lebih
10 hari kedalam polybag kecil atau wadah yang terbuat dari daun pisang.
-
Setelah berumur 15 – 20 hari atau bibit pare mempunyai 3 helai daun baru
pindahkan atau bibit siap untuk ditanam dilapang.
·
Persemaian
di Lapang
-
Buatkan bedengan dengan ukuran 1,5 meter x 4 meter dan cangkul tanah bedengan tersebut
sedalam 30 cm.
-
Campurkan tanah yang ada dalam bedengan tersebut dengan 40-50 Kg pupuk kandang
dan ditambah 0,5 Kg Tsp lalu aduk hingga rata.
- Buat naungan dari
rumbia dengan tinggi tiang 1 meter disebelah timur dan 0,75 m disebelah barat.
- Tanam biji pare
seperti yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
- Selanjutnya
perlakukan sama seperti apa yang dilakukan pada persemaian dikotak kayu.
3.5
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pemeliharaan tanaman pare
dilapang meliputi penyiangan, penyulaman, pembumbunan, pemangkasan,
pembungkusan, pembebanan, pembuatan turus dan para-para.
·
Penyiangan
Penyiangan dilakukan
untuk membersihkan semua jenis tanaman yang tumbuh selain tanaman pare. Tanaman
jenis lain dapat berupa rumput-rumputan, gulma, dan tanaman lainnya.
Pembersihan ini dilakukan disekitar batang/ akar tanaman atau diantara parit-parit
yang ada dengan menggunakan tangan (dicabut), kored atau cangkul. Penyiangan
tanaman dilakukan untuk mengurangi atau menghindari persaingan antara tanaman
pare yang ditanam dengan jenis tanaman lain yang mungkin tumbuh disekitar
tanaman pare dalam penyerapan unsur-unsur hara, air dan matahari. Disamping itu
penyiangan dilakukan untuk menghindari kemungkinan tumbuhnya hama dan penyakit yang
mungkin timbul dari tanaman yang tumbuh selain tanaman pare.
·
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan
untuk menaikkan tanah yang ada disekitar tanaman pare agar akar tanaman dapat
tertutup. Pembumbunan dilakukan setelah penyiangan dilakukan dengan maksud
untuk memperbaiki aerasi tanah sekitar akar yang menjadi padat akibat siraman
air hujan atau air siraman tanaman.
·
Penyulaman
Oleh karena pada waktu
penanaman ada benih yang tidak tumbuh yang diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti kualitas benih, daya tumbuh benih, kondisi tanah, atau serangan hama,
maka tanaman yang tidak tumbuh tersebut perlu diganti dengan tanaman lain yang
sehat dan kuat (disulam). Penyulaman dilakukan sebaiknya pada waktu bibit
tanaman berumur 7 – 10 hari setelah tanam.
·
Pemangkasan
Pemangkasan tanaman
pare dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan batang utama. Tinggi ideal batang
utama tanaman pare adalah 2 – 3 meter. Jika panjangnya melebih dari itu,
tanaman tidak produktif lagi oleh karena itu tanaman perlu dipangkas. Tunas
yang akan tumbuh dari hasil pemangkasan tersebut dialihkan kesamping melalui para-para.
Sebagai awal perambatan tunas yang tumbuh tersebut dapat digunakan tali.
·
Pembungkusan
Untuk menghasilkan
buah pare yang mulus dan permukaan kulit tidak bolong, maka sebaiknya dilakukan
pencegahan melalui pembungkusan buah pare. Tindakan pembungkusan buah pare ini
dimaksudkan adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang buah pare
pada waktu usia muda. Bahan pembungkus dapat digunakan kertas atau daun pisang
yang telah kering (klaras). Waktu ideal dilakukannya pembungkusan adalah pada
waktu tanaman telah menghasilkan buah pare dengan ukuran batang korek api, atau
kurang lebih berumur kira-kira 1,5 bulan.
3.6
Pemupukan
Salah satu bagian dari
pemeliharaan tanaman pare adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk
mendapatkan tanaman sehat, kuat dan dapat berproduksi sesuai dengan potensi
yang ada dalam tanaman tersebut. Pemupukan dasar dilakukan pada 1 – 2 minggu
sebelum tanaman pare ditanam, atau dilakukan pada saat pengolahan tanah atau
pada waktu pembuatan lubang tanam. Beberapa petani sayuran di Jakarta Timur,
pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara membenamkan sebanyak 2 – 3 kg pupuk
kandang yang sudah matang kedalam lubang tanam dan biasanya ditambah 15 - 20
gram pupuk NPK perlubang tanam.
Pemupukan susulan
pertama dilakukan setelah tanaman telah berumur 3 minggu. Dosis pemupukan
diberikan sangat tergantung pada jenis tanah dan iklim setempat dimana tanaman
pare ditanam. Untuk jenis tanah yang berpasir kombinasi pupuk urea, TSP, dan
KCI yang diberikan sebaiknya dengan perbandingan 1 : 2 : 2, sedangkan untuk jenis
tanah liat sebaiknya diberikan pupuk dengan kombinasi urea, TSP, dan KCl sebanyak
1 : 2 : 1. Pengalaman dari petani Bambu Apus, Jakarta Timur kombinasi urea, TSP
dan KCl diberikan sebanyak 2 : 2 : 8. Setiap tanaman diberikan sebanyak 10 – 15
gram/pertanaman. Jadi apabila diberikan 10 gram pertanaman maka banyaknya urea,
TSP dan KCl yang diberikan pada perbandingan 1 : 2 : 2 adalah urea sebanyak 20
Gram, TSP 40 dan KCl 40 gram. Demikian halnya dengan kombinasi 1: 2 : 1, Urea
diberikan 2,5 gram, TSP 5 gram dan KCl 2,5 gram.
Pupuk susulan kedua
diberikan 2 minggu setelah pemupukan susulan pertama dilakukan. Banyaknya pupuk
yang diberikan 0,5 dari dosis yang diberikan pada pemupukan susulan Pertama.
Dapat juga diberikan tambahan pupuk seperti NPK. NPK diberikan 2 minggu setelah
pemupukan susulan pertama dilakukan dan dilanjutkan dengan interval dua minggu
sampai tanaman pare berumur empat bulan. Dosis NPK yang diberikan sebanyak 5
gram pertanaman. Penempatan pupuk yang diberikan kepada tanaman pare adalah
ber-jarak Antara 10 – 15 cm dari akar dan kedalaman 3-5 cm.
3.7
Pembuatan Turus dan Para-para
Tanaman pare merupakan
tanaman yang merambat dan menjalar, oleh karena itu diperlukan suatu tempat
dimana nantinya buah pare tersebut dapat bergantung dengan baik, sehingga
pertumbuhan buah pare dapat maksimal. Turus dibuat untuk memanjat batang utama
pare, sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari batang
utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare. Tinggi turus dan para-para
berkisar 1,5 sampai 2 meter. Hal ini dengan mempertimbangkan agar mudah dalam
pemeliharaan tanaman terutama pada waktu panen dan mudah dalam melakukan
penyiangan dan pembumbunan serta mudah dalam mengontrol tanaman dari gangguan
hama dan penyakit tanaman. Berbagai macam cara dan bentuk pembuatan turus dan
para-para. Bahan yang dipakai sebaiknya bambu dengan ukuran sedang. Sebagai
penghubung antara tanaman satu dengan yang lainnya diberikan tali.
3.8
Pengendalian Hama dan Penyakit Pare
Salah satu syarat agar
tanaman pare dapat tumbuh dan berkembang sehingga menghasilkan buah adalah tanaman
pare harus sehat. Agar sehat tanaman harus terbebas dari gangguan hama dan
penyakit tanaman. Yang dimakasud dengan hama adalah semua jenis hewan yang
dapat mengganggu tanaman sehingga merugikan bagi tanaman tersebut. Sedangkan
penyakit tanaman adalah semua jenis gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh
jamur, bakteri, virus dan kekurangan unsur hara dalam tanaman.
Pengendalian hama dan
penyakit tanaman harus didasarkan pada prinsip ambang ekonomi, artinya
pengendalian hama dan penyakit baru dapat dilakukan secara intensif apabila
dari segi ekonomi serangan hama dan penyakit mengakibatkan kerugian yang cukup
besar. Disamping itu dalam mengendalian hama dan penyakit prioritas
pengendalian dengan cara memperbaiki kondisi lingkungan setempat, sedangkan aplikasi
pestisida dilakukan pada urutan terakhir.
Hama dan penyakit yang
menyerang Tanaman pare sebenarnya tidak terlalu banyak, namun demikian ada
beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman pare dan sejenisnya yang
perlu kita ketahui, baik dari segi gejala serangan maupun dalam pengendaliannya.
Hama yang menyerang tanaman pare antara lain:
ü Ulat Grayak
Ulat ini menyerang
pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi didalam tanah.
Daun pare merupakan bagian tanaman yang diserang. Dalam kondisi serangan berat
semua daun pare habis dimakannya, karena sifat hama ini adalah hampir semua
jenis daun tanaman diserangnya. Pemberantasan hama ini dapat dilakukan secara
mekanis yaitu telur-telur yang baru menetas diambil bersama-sama dengan daun
yang menempel. Pengambilan telurtelur ini jangan sampai terlambat sebab kalau
terlambat ulat menjadi besar dan bersembunyi didalam tanah. Pemberantasan hama
ini dapat juga dilakukan secara biologis yaitu dengan menyemprotkan Bacillus
thungiriensis atau Borelinevirus litura. Secara kimia disemprot dengan
pestisida azodrin 2 cc/ liter.
ü Lembing (Epilachma
sparsa)
Daun pare yang
terserang hanya tersisa tulang daun. Daun menjadi kering dan kecoklat-coklatan,
akhirnya produksi buah menjadi turun. Hama ini berbentuk lembing bulat,
warnanya merah dengan bercak hitam sebanyak 12 – 26 buah. Beberapa cara pengendaliannya
adalah
a. telur, larva dan
lembing dapat ditangkap dengan tangan lalu dimatikan
b. diberantas dengan
musuh alaminya, yaitu jenis tabuhan yang menjadi parasit telur,
larva dan pupa.
c. Dilakukan rotasi
tanaman
d. Disemprot dengan
insektisida seperti carbaryl, carbophenation, dll.
ü Kumbang Aulacophora
silimis
Gejala serangan yaitu
tanaman menjadi layu karena jaringan akarnya dimakan larva dan daunnya dimakan
kumbang. Pengendalian dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Curacon 500
EC. Pengendalian mekanis dapat dilakukan dengan gropyokan.
ü Kepik Leptoglossus
australis
Gejala serangan
kualitas buah menurun, bekas serangan hama sering ditumbuhi cendawan
Nematospora, akhirnya buah menjadi busuk. Pengendaliannya dengan menyemprotkan
racun kontak seperti azodrin dengan dosis 2 cc/liter. Penyemprotan dilakukan
setelah ada gejala serangan kepik ini.
ü Lalat Buah (Dacus
cucurbitae Cog)
Gejala serangan adalah
daging buah tidak dapat dimakan karena busuk dan berair dengan ratusan
belatung. Tampak luar daging buah sehat tapi setelah di buka terlihat daging
buah penuh dengan belatung. Pengendalian lalat buah ini adalah :
a. dengan membungkus
tanaman pare pada waktu buah berukuran batang korek api
dengan menggunakan
kertas atau daun pisang yang telah kering (klaras).
b. dengan menggunakan
insect trap yang ditaruh disekitar tanaman pare, sehingga
lalat buah yang ada
disekitar dapat ditangkap dan mati dalam tangkapan tersebut.
c. dengan mengadakan
penyiangan dan pembubunan serta memelihara kebersihan
sekitar tanaman dari
gulma dan sisa tanaman yang membusuk, sebab kondisi
seperti itu sesuai
dengan tumbuh dan berkembang-nya lalat buah.
ü Siput ( Pamarion pupillaris
Humb)
Gejala serangan yaitu
tanaman terutama dipersemaian terkoyak, lalu mati. Pengendaliannya adalah siput
ditangkap lalu dicacah dagingnya untuk makanan ayam. Dapat pula diberantas
dengan racun kontak yang dicampur dengan dedak. Racun kontak tersebut adalah
Mesurol dengan bahan kimia methiocarb dengan dosis 2 gram/1 liter air.
Penyakit yang sering
menyerang tanaman pare antara lain :
ü Penyakit Embun Tepung
Gejala awal ditandai
dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi
kuning, coklat dan akhirnya mengering. Batang pun diserang tepung ini. Batang
seperti dilapisi tepung. Tanaman akan lemah dan mati atau buahnya tidak normal.
Penyebab gejala ini adalah cendawan Oidium sp. Pengendalian penyakit ini
dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a. Mengurangi
kelembaban disekitar tanaman dengan cara pengaturan jarak tanam
dan drainase yang baik
b. Membuang bagian
tanaman yang terserang
c. Menanam varietas
yang resisten
d. Disemprot dengan
fungisida sulfur dosis 2 g/liter sebagai penyembuhan dan
pencegahan
ü Penyakit Antraktosa
Gejala penyakit ini
daun bernoda hitam. Pada serangan berat batang dan buah juga terserang.
Serangan lebih berat terjadi pada musim hujan. Gejala penyakit ini disebabkan oleh
cendawan collectrichum sp. Pengendaliannya adalah dengan memusnahkan tanaman
yang terserang, pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan fungisida Benlate dengan
dosis 2 gram/ liter.
ü Penyakit Layu
Gejala layu tampak
pada ujung daun, kemudian seluruh daun akan mengkerut lalu mengering. Tanaman
akan mati sejak beberapa saat terinfeksi. Menyerang tanaman bibit yang baru
kecambah, tanaman muda dan tanaman yang telah dewasa. Penyebab penyakit ini
disebabkan oleh Fusarium sp. Pengendalian dilakukan dengan memusnahkan tanaman
yang terserang, menyiram larutan fungisida Benlate 2 gram/ liter ke tanah bekas
tanaman yang terkena penyakit dan menggunakan benih yang tahan terhadap
serangan patogen.
ü Penyakit Virus
Gejala serangan jelas
pada daun-daun muda. Serangan virus ini menyerang pada saat tumbuh (bibit,
tanaman muda atau tanaman yang telah menghasilkan buah). Penyebab gejala
tersebut adalah Cucumber mosaic virus (CMV). Pengendaliannya dilakukan dengan
cara memusnahkan tanaman yang terserang, memberantas vektor virus (serangga),
menyeleksi bibit yang akan di pindah ke lapang dan pemupukan yang seimbang.
3.9
Panen
Pemetikan buah pare
sangat tergantung pada pemanfaatan buah pare tersebut. Apabila pare yang akan
dipanen digunakan untuk konsumsi maka sebaiknya pilih pare yang bintil-bintil dan
keriputnya masih agak rapat dengan galur-galur yang belum melebar. Panjangnya
antara 25-30 cm dan diameternya 3-5 cm. Apabila pare yang dipetik digunakan
untuk benih maka pilih pare yang besar, sehat dan matang sempurna. Tanaman pare
yang telah berumur 1,5 bulan biasanya telah berbunga dan diharapkan 1 bulan
kemudian buah pertama dapat dipetik. Untuk panen kedua, ketiga dan seterusnya
dengan interval 6 – 7 hari. Kalau keadaan tanaman subur maka tanaman pare dapat
di panen selama 4 bulan.
Cara pemanenan harus
diperhatikan dengan baik karena hal ini menentukan kualitas tanaman pare yang
akan dipasarkan. Pemetikan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alat potong
yang tajam. Hindari dengan cara menarik atau memilin tangkai pare, karena dapat
menyebabkan memar pada tangkai yang pada akhirnya akan menarik cendawan atau
penyakit lain kedalam bagian tangkai yang memar tadi. Hasil pemetikan ditaruh
keranjang atau tempat yang bersih dan disusun dengan berselang-seling dan sejajar.
3.10
Pasca Panen
Setelah dipetik
sebaiknya pare sudah mulai ditaruh pada suatu wadah. Untuk keperluan pasar
tradisional sebaiknya digunakan karung-karung yang bersih. Pare disusun berdiri
dalam karung, hal ini menghindari pare tertimbun dengan beban berat diatasnya.
Pada waktu mengangkat atau menaruh jangan sampai dilempar untuk menghindari
memar pada tanaman pare. Untuk memenuhi konsumsi pasar supermarket sebaiknya
dikemas dengan menggunakan plastik tipis dan tembus pandang. Sebelum dikemas
dengan plastic sebaiknya pare dibersihkan dari kotoran yang menempel pada pare,
sehingga diharapkan penampilannya baik bersih dan rapi.
BAB
IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
ü Tanaman pare memiliki
kandungan gizi yang cukup penting bagi manusia juga manfaatnya bagi kesehatan
manusia yang berasal dari buah maupun daun dari tanaman tersebut.
ü Dalam budidya tanaman
pare yang baik dan benar, hal-hal penting yang harus dilakukan adalah
mengetahui syarat tumbuh, pengolahan tanah yang tepat, pemilihan benih yang
bagus, penanaman, pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
pemanenan, serta perlakuan pascapanen.
4.2 Saran
ü Jika ingin melakukan
budidaya sebaiknya harus mengetahui letak topografi areal yang mau ditanami
tanaman pare. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat kegagalan panen akibat intensitas hama dan penyakit
yang berbeda serta banyak sedikitnya unsur biotik maupun abiotik yang terdapat
didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
A. 2011. Pare.http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92. Diakses tanggal 19 Mei 2014 pada
pukul 19.44 wib.
Anonim
B. 2011. Peria.http://id.wikipedia.org/wiki/Peria. Diakses
tanggal 19 Mei 2014 pada pukul 19.37 wib.
Anonim
C. 2008. http://fufoe.wordpress.com/2008/05/28/biologi-bunga/. Diakses tanggal 19 Mei 2014 pada
pukul 20.07 wib.
Daryanto dan Siti Satifah. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan
Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta. 154 halaman
Dilla. 2008. Khasiat dalam pahit pare. http://sehat.suaramerdeka.com.
[11 Desember 2008]Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. 1996. Usaha tani tanaman pare.
Ipteknet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92 [20 Mei 2014]
Ipteknet. 2005. Pare. http://www.iptek.net.id. [20 Mei 2014]
Sianturi. G. 2002. Melawan Wabah diabetes dunia dengan buah pare. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1025597117,76900, [20 Mei 2014]
Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1999. Morfologi
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 255 halaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar